Kurangi Berkata “Jangan” Pada Anak Anak

12 09 2012

Seringkali kita mendengar orangtua berkata “Jangan nakal, jangan lakukan itu, jangan kesana… nanti ada tikus” ataupun kata kata negatif lainnya. Dan pada intinya adalah menakut nakuti atau mengancam anak agar tidak melakukan aktivitas yang tidak disukai orang tuanya.

Dari berbagai artikel tentang parenting skills disebutkan bahwa dengan semakin sering kita menggunakan kata kata negatif untuk anak, secara tidak langsung kita juga ikut menanamkan pola pikiran negatif kedalam pikiran bawah sadar anak. Hasilnya, anak anak akan gampang menyerah, malas, kurang bersemangat mencoba hal hal baru karena takut salah.

Memang, untuk menghilangkan kata kata “jangan” 100% saat berkomunikasi dengan anak, boleh dibilang sangat tidak mungkin bisa kita lakukan. Yang bisa kita lakukan adalah mengurangi kalimat negatif atau sebaliknya menambah dan memperbanyak kosa kata kalimat positif untuk anak.

Salah satu contoh kalimat negatif adalah “Nak, jangan mainan terus! ayo belajar sekarang, cepat!” dengan kalimat seperti ini, anak anak sudah merasa gak nyaman dan belajar pun pasti dengan perasaan tertekan. Coba kalo kita gunakan kalimat positif “Nak… mainan boleh aja, tapi sekarang sudah waktunya belajar.. ayo belajar dulu biar tambah pintar”. Terlihat bedanya ? ya, kalimat positif tersebut akan membuat anak belajar dengan perasaan tenang dan semangat.

Kemaren gak sengaja nemu tulisan yang bagus sekali dari mas Novrian seorang guru muda yang juga bercerita tentang metode komunikasi yang baik dengan anak anak. Beliau menggunakan pendekatan yang menarik tentang cara cara efektif untuk mengambil alih perhatian anak tanpa mengeluarkan energi yang terlalu banyak. Dibawah ini saya kutip tulisan beliau yang menghadapi siswa di sekolah yang sedang gaduh/ramai.

  1. berdiri di depan kelas, bisa di tengah atau di salah satu sisi papan tulis, sembari memegang buku, spidol, ataupun mendekapkan kedua tangan di dada
  2. pasang ekspresi wajah yang cool dan serius, satu-persatu pandangi wajah siswa dan berusaha menatap matanya
  3. menerapkan prinsip ‘theory of attraction’, dalam pikiran saya membuat sebuah pesan singkat, “harap tenang jika ingin pelajaran dimulai” , lalu bayangkan seolah-olah saya punya koneksi lewat sinyal bluetooth atau wifi dengan otak mereka untuk mengirim pesan itu
  4. memang harus sabar karena butuh waktu, makin tinggi usia siswa, makin cepat mereka merespon sikap diam saya tersebut
  5. biasanya, beberapa siswa yang sudah memiliki kematangan sikap dan punya motivasi belajar mulai resah, “Pak, sekarang ngapain?” “Ayo, Pak. Pelajarannya dimulai.”
  6. nah, ini respon positif, saya tinggal bilang, “Saya menunggu semuanya siap untuk belajar.”
  7. tanpa disuruh dan tanpa harus saya yang menarik urat leher untuk berteriak menyuruh mereka tenang, anak-anak sendiri yang menyuruh teman-temannya yang masih gaduh untuk tenang, “Hoooiii! Diam po’o, Rek! Pak Novri mau mulai pelajaran!”
  8. masih dengan ekspresi yang cool dan serius, saya bilang, “Terima kasih buat siswa yang sudah siap menerima pelajaran dan berusaha menyuruh temannya tenang. Jadi, saya hanya akan memulai pelajaran jika kalian sudah siap dan suasana tenang. Saya tidak akan bersaing suara dengan kalian yang berjumlah 15 – 30 orang karena saya pasti kalah. Sekiranya memang tidak tertarik belajar Matematika/Fisika, ya monggo boleh kok beraktifitas yang lain di luar kelas.”
  9. tujuan tercapai: para siswa tenang, saya tidak keluar banyak energi, pesan moral tersampaikan, dan saya masih tampil bermartabat di depan siswa, heheheee :)

 


Aksi

Information

Satu tanggapan

13 06 2014
Kurangi Berkata “Jangan” Pada Anak-Anak | SD NEGERI 12 PAGARALAM

[…] Salah satu contoh kalimat negatif adalah “Nak, jangan mainan terus! ayo belajar sekarang, cepat!” dengan kalimat seperti ini, anak anak sudah merasa gak nyaman dan belajar pun pasti dengan perasaan tertekan. Coba kalo kita gunakan kalimat positif “Nak… mainan boleh aja, tapi sekarang sudah waktunya belajar.. ayo belajar dulu biar tambah pintar”. Terlihat bedanya ? ya, kalimat positif tersebut akan membuat anak belajar dengan perasaan tenang dan semangat. (sumber) […]

Tinggalkan komentar